Dalam melakonkan Tortor, sudah barang tentu tidak sekedar membuat gerak tangan, kaki atau badan, juga gerak mata (pandangan) dan ekspressi (mimik) tetapi juga musik pengiring yang dipergunakan harus berirama Batak yakni gondang sabangunan yang terdiri dari taganing, ogung (doal, panggora, oloan), sarune, odap gordang dan hesek, sebab gerakan manortor harus mengikuti irama/rytme perangkat musik tersebut.

Selain itu, pakaian yang lazim digunakan juga harus sesuai dengan motif Batak, misalnya selendang atau ulos yang dipakai tergantung maksud dan tujuan acara-pesta seperti ulos sibolang, ragi idup, tali-tali, suri-suri dan sebagainya

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa gerak tortor Batak berbeda dalam setiap jenis musik yang diperdengarkan dan berbeda pula gerak tortor laki-laki dan gerak tortor perempuan. Menurut para pemerhati tortor, bahwa tortor yang dilakonkan juga dibedakan antara tortor raja dengan tortor natorop.

Sementara perangkat lain dalam acara tortor Batak biasanya harus ada orang yang menjadi pemimpin kelompok tortor dan pengatur acara/juru bicara (paminta gondang), untuk yang terakhir ini sangat dibutuhkan kemampuan untuk memahami urutan gondang dan jalinan kata-kata serta umpasa dalam meminta gondang. Bagaimanapun juga, tortor Batak adalah identitas seni budaya masyarakat Batak yang harus dilestarikan dan tidak lenyap oleh perkembangan zaman dan peradaban manusia. Dalam tortor Batak terdapat nilai-nilai etika, moral dan budi pekerti yang perlu ditanamkan kepada generasi muda.

Selain perangkat pakaian manortor sebagaimana disebut diatas, ada beberapa prinsip manortor (tortor) yang harus diperhatikan oleh panortor/penari antara lain :

Untuk manortor, setiap orang harus berdiri dengan sikap sempurna (berdiri di atas kedua telapak kaki), pandangan rata kedepan.

Setiap acara harus dimulai dengan gondang/tortor mula-mula, atas permintaan juru bicara (paminta gondang)

Mulailah bergerak/manortor setelah serunai (sarune) sudah berbunyi dalam 1 x 8 hitungan, jadi ukuran waktu untuk mulai manortor bukan bunyi gondang/taganing atau ogung. (ingat : tek-tek mula ni gondang, serser mulani tortor)

Perhatikan kecepatan irama gondang dan sarune untuk disesuaikan dengan gerak tangan dan gerak kaki.

Birama dan ketukan dari musik Batak dapat dihitung misalnya 1 atau 2 kali 8 ketukan dengan tambahan ketukan sebagai interval dan biasanya digunakan untuk mengganti gerakan manorto

Pada gondang mula-mula, sebaiknya tangan dirapatkan diperut dan kemudian diangkat bersama-sama (tutup rapat) hingga ujung jari setinggi hidung, bagi perempuan biasanya pandangan diarahkan ke ujung jari tadi atau ke ujung hidung, sehingga tidak terkesan ”mata liar”

Pada gondang somba (menyembah), biasanya panortor akan bergerak dengan tangan/jari rapat seperti ”menyembah” dan bergerak berputar kekiri dan kekanan sesuai irama gondang, badan posisi berdiri tegak setelah itu kembali tutup tortor dengan tangan diatas perut.

Pada gondang berikutnya, sesuai dengan jenis gondang yang diminta, panortor memulai dengan posisi tangan seperti point no. 6, dan kemudian sudah dapat membuka tangan-merenggangkan jari, melenggangkan ke kiri kanan atau ke atas pundak, tetapi tangan harus terbuka (menggambarkan tidak ada yang disembunyikan). Biasanya perempuan akan melenggangkan tangannya ke kiri dan ke kanan, satu melekat di pinggang dan satu melekat di depan dada (mungkin menjaga/menangkis sentuhan orang lain), kedua tangan bergantian melenggak-lenggok, baik dalam posisi berdiri atau jongkok.

Dalam tortor batak, tangan digerakkan pada bagian jari dan pergelangan tangan, sehingga yang belum terbiasa akan terasa sakit, demikian juga kaki tidak dihentakkan tetapi seperti menjinjit yang bergerak pada bagian ujung jari kaki , sementara pada bagian bokong tidak bergerak ke kiri-kanan seperti berjoget.

Bagi panortor Batak, akan kelihatan bahwa sesungguhnya yang bergerak bokong tetapi pada bagian pinggang, demikian juga tangan keseluruhan tetapi lengan pada bagian pergelangan hingga jari tangan dengan bentuk sedikit melengkung pada bongkol induk jari (karenanya bagi mereka yang sungguh-sungguh serius manortor pada awalnya merasa sakit pada kepalan tangan/jari dan lengan).

Setiap akhir tortor harus diikuti dengan gerak penutup yakni kedua tangan kembali berada diatas perut

Untuk tortor yang dipertandingkan/festival, sesungguhnya panortor tidak diperkenankan memakai perhiasan, termasuk alas kaki (sepatu) atau sandal karena dalam tortor Batak ada gerak manerser (bergeser) dengan kaki telanjang.

Untuk gondang hasahatan/sitio-tio (akhir dari acara), semua panortor mengangkat ulos dengan dua tangan dan pada hitungan 2 atau 3 x 8 ketukan gondang dan bersama-sama menyebut horas 3 x.


Prinsip-prinsip yang disebutkan diatas adalah prinsip dasar yang tidak boleh dilupakan oleh setiap orang yang menggelar tortor Batak sebab itulah yang membedakan dan menjadi karakteristik dari tortor Batak.

Jenis-jenis tortor yang ada sampai saat ini adalah :

1. Tortor dalam pesta adat (tortor adat);
2. Tortor dalam acara kegembiraan (sukacita);
3. Tortor dalam acara kesedihan (duka), perenungan;
4. Tortor dalam acara kebaktian gereja (memuji Tuhan);
5. Tortor untuk kepentingan hiburan dan pariwisata (komersil;
6. Tortor patung kayu (Sigale-gale),Siboru Manggale (terjadinya Dalihan Natolu) 

Dari jenis/kategori tortor yang disebutkan diatas, tortor Batak yang biasanya difestivalkan adalah tortor adat dan tortor hiburan/kreasi baru, dengan harapan untuk pelestarian seni budaya tortor, sehingga untuk siap difestivalkan atau diperlombakan, panitia harus menyediakan patokan gerak atau partitur dari tortor serta gondang pengiringnya.

Hal-hal yang dapat dijadikan kriteria penilaian adalah

* Koreografi, yakni bentuk dan pola tari yang dipertunjukkan
* Pemahaman atas prinsip-prinsip Tortor Batak
* Wirama yakni keserasian gerak tari dengan irama musik gondang
* Wiraga yakni gaya dan kegemulaia
* Wirasa yakni kemampuan berekspressi
* Penampilan, yakni keharmonisan busana dan tata rias